Thursday, January 19, 2012

Serba-serbi Mengasuh Anak

Oleh Irwan Nuryana Kurniawan.


Apa yang dirasakan teman-teman ketika mengasuh anak? Mungkin ada menjawab biasa saja tuh. Tidak ada yang spesial. Bahkan saking biasanya, mungkin tidak merasakan apa-apa sama sekali. Tahu-tahu, lho anaku wis gedhe. Tahu tahu anaknya wis pacaran dan minta dinikahkan. Hi hi hi.
Mungkin juga ada mengatakan stress. Ya, stress mengasuh anak. Kesal, gonduk, inginnya marah melulu setiap melihat anak. Habis, anaknya "susah" diatur, disuruh belajar tidak mau--ha ha ha, padahal mungkin saja kita dulu seperti itu, lebih parah, kali. Itu baru yang rutin. Ya, rutinitas sehari-hari mengasuh anak.
Intensitas stress biasanya meningkat kalau lagi musim-musim ujian. Apalagi menghadapi mahluk monster yang menyeramkan yang dinamakan Ujian Nasional--begitu sebagian orangtua menyebutnya demikian. Seram karena katanya UN menentukan masa depan anak, begitu katanya--bagi yang kurang sepakat mungkin akan bertanya,"Masa Depan? Masa Depan yang mana? Masa Depan mendapatkan sekolah yang terbaik, yang seringkali dipersempit lagi menjadi sekolah favorit? Memang kalau mendapatkan sekolah favorit, itu akan menjamin kemuliaan anak kita di sisi-Nya, membanggakan kita di hadapan-Nya kelak?.
Semua instansi terkait dalam keluarga--he he he--mulai ayah, ibu, adik, kakak, bibi, mamang, kakek, nenek--ikut riweuh, sibuk. Sibuk ngomeli anake soale ra ngerti melulu setiap kali diajari dan ditemani belajar, sibuk membelalakan mata dan menaikan volume suara setiap kali anak malas mengerjakan latihan soal, sibuk membelikan buku-buku soal latihan biar dilalap habis sama anaknya. Oh iya, hampir lupa, sibuk mengantar anak ke bimbingan belajar--Lho, katanya sekolah favorit, kok masih dikirimkan ke bimbingan belajar, ya?
Mungkin juga ada yang menjawab antusias saat mengasuh anak-anak. Berharap-harap cemas segera pulang ke rumah menemani anak bermain, menjadi kuda tunggangan bagi anaknya, menanyakan dengan penuh rasa ingin tahu apa terjadi seharian dengan mereka, menjawab dengan penuh semangat setiap pertanyaan yang diajukan anak dan kadang-kadang membuat kita terhenyak tidak bisa menjawabnya. Betul-betul tidak bisa menjawabnya.
Saya percaya masih ada banyak jawaban atas pertanyaan tersebut di atas. Bisa campuran jawaban di atas, bisa juga perluasan dari salah satu atau salah dua jawaban di atas. Tentu saja, semua jawaban di atas benar dan tidak mempengaruhi nilai teman-teman semua--ha ha ha jadi ingat belajar konstruksi test tentang panduan pengantar pengisian kuesioner.
Stimulusnya sama, responnya berbeda. Ya, stimulusnya sama, yaitu anak. Tapi ternyata variasi pengasuhan orangtua cukup besar. Mungkin kita perlu melihat kembali visi pengasuhan yang selama ini kita yakini dan membuat kita terjebak pada rutinitas pengasuhan. Mungkin kita perlu mempertanyakan kembali harapan-harapan terhadap anak kita, yang bisa jadi kurang realistis dan tidak sesuai dengan tahapan perkembangannya, sehingga membuat kita rentan mengalami stress pengasuhan dan mensikapi permasalahan pengasuhan dengan kurang tepat. Mungkin kita perlu menguatkan dan memperkaya keterampilan pengasuhan yang sudah dimiliki sehingga kita memiliki resources yang memadai untuk memberi pengasuhan yang terbaik buat anak kita.

Alhamdulillaahirabbil'aalamiin. Prumpung, 9 Desember 2011.

No comments:

Post a Comment