Tuesday, August 20, 2013

Orang yang diancam Pacarnya yang Posesif


posesif


Berikut tanya jawab tentang Orang yang diancam Pacarnya yang Posesif

T : gw cowok sedang lanjutin kuliah s2 di salah satu universitas swastadi jakarta,
gw ada masalah yang sangat mengganggu kehidupan gw sebagai mahasiswa. gw punya pacar yang sangat posesif dan egois banget, setiap saat dia senggang gw harus sama doi, tapi kalau gw lagi sibuk n gak bisa untuk sama dia, dia bakal marah2,maki2,bahkan cenderung mengancam kalau dia bakal samperin gw (di kampus misalnya) dan akan mempermalukan gw!! hal ini udah sering doi buktikan, sampai akhirnya gw mesti bersikap nurut2 aja ama doi,,
oya,do udah bekerja di salah satu departemen di jakarta, tapi doi emang gak mau bertemen ama temen2nya…
gw udah berkali2 omongin hal ini ke doi secara baik2, tapi tetep aja, paling tobat sehari atau dua hari, selesai itu ngulah lagi…
gw udahjuga minta putus, tapi doi gak mau, dia ngancem bakal ngerusak masa depan gw kalo bikin dia sakit hati dengan cara diputusin…

gw pusing, malah lama2 gw bisa stres kalo mikir hal ini. parahnya gw takut hal ini ngeganggu kuliah gw…

tolong kasih gw solusi ya…pleaze…:-<

J : Saudara Imam yang lagi pusing,

Jangan sampai stress ya. Sebetulnya masalah ini bisa dipecahkan jika Saudara memahami apa yang sedang terjadi.

Dari cerita Saudara, sepertinya Saudara sedang menjadi korban emotional blackmail yang dilakukan oleh pacar saudara. Dalam kasus ini terdapat tiga unsur, yaitu:

Fear: sang pacar menimbulkan rasa takut dalam diri Saudara dengan ancaman
Guilt: Saudara merasa berdosa jika menolak keinginan sang pacar
Obligation: akhirnya Saudara memenuhi apa yang dia inginkan

Kira-kira beginilah yang terjadi:

Pacar Saudara meminta sesuatu (ingin selalu ditemani)
Saudara menolak
Pacar Saudara membujuk dan mengancam Saudara
Karena takut atau merasa bersalah jika menolak, Saudara memenuhi kehendaknya
Kembali ke nomor (1)

Siklus ini akan berulang terus karena pacar Saudara menyadari bahwa dengan mengancam Saudara dia akan mendapat apa yang dia inginkan. Saya bisa perkirakan bahwa Saudara pastilah orang yang memiliki empati tinggi, sehingga tidak tega untuk meninggalkan pacar Saudara. Apalagi menurut pengakuannya dia tidak berteman dengan teman-teman di departemennya. Tentu Saudara jadi makin “kasihan” dan susah untuk memutus hubungan.

Sekarang solusinya ada di tangan Saudara sendiri. Ketahuilah bahwa siklus seperti ini akan selalu berulang. Jadi, Saudara akan selalu diancam, dan pada akhirnya Saudara akan mengikuti segala kehendaknya. Mampukah Saudara bertahan? Apakah Saudara menerima perlakuan seperti ini? Sebetulnya, mengapa Saudara memilih untuk pacaran dengannya?

Jika hati Saudara sudah bulat untuk melepaskannya, maka katakan “putus” sekarang juga dan hadapi segala konsekuensinya. Sang pacar mengancam akan “menghancurkan masa depan” Saudara? Bagaimana caranya? Saya rasa Saudara akan baik-baik saja.

Jika Saudara masih ingin tetap bersamanya, tetapi tidak bisa menerima sifat posesifnya, saya sarankan Saudara berdua melakukan konsultasi rutin dengan psikolog (bertemu langsung, bukan online seperti ini). Masalah ini timbul karena pacar Saudara saat ini merupakan orang yang insecure.

Saya harap penjelasan singkat di atas dapat membantu.

By: konsultasipsikologi.com

Solusi untuk Orang yang Pelupa setelah Menikah


Berikut tanya jawab tentang kasus orang yang pelupa setelah menikah, 

T : Saya seorang karyawati di sebuah perusahaan nasional di Surabaya, berusia 23 tahun. Setelah saya menikah bulan Oktober yang lalu, entah apa yang terjadi pada diri saya. Beberapa dari teman saya bahkan menyebut saya ‘berada di dunia lain’.
Hal-hal kecil yang tak saya sadari selalu terjadi. Sebagai contoh, saya mengantongi 2 buah kunci rumah saat ke kantor. Suami saya marah karena dia terkunci dalam rumah. Padahal sebelum saya meninggalkan rumah, saya ingat saya hanya membawa 1 kunci. Contoh yang lain, saya bisa lupa dengan barang yang saya letakkan 5 menit lalu. Padahal selama ini saya dikenal teman-teman sebagai orang yang kuat daya ingatnya. Apakah saya mulai pelupa? Apa yang terjadi pada diri pribadi saya? Mengapa saya bisa mengalami hal ini?

J : Saudari Lina yang sedang bingung,

Saya lihat Saudari merupakan orang yang cukup kritis dan mampu berpikir logis. Hal ini bisa dilihat dari kemauan Saudari untuk mencari pertolongan (sehingga bisa sampai di www.konsultasipsikologi.com) dan cara penyampaian permasalahan.

Saudari Lina telah menjelaskan persoalan yang dihadapi secara singkat, dan diakhiri dengan bertanya “apa sebabnya”. Mari kita telaah bersama.

Permasalahan Saudari berawal sejak pernikahan pada bulan Oktober yang lalu. Berarti ini adalah penyebab utama persoalan. Ada dua kemungkinan:
1. penyebabnya adalah faktor pernikahan
2. penyebabnya adalah faktor non-pernikahan

Namun, berdasarkan cara Saudari Lina menyampaikan masalahnya, saya beranggapan bahwa masalah ini disebabkan oleh faktor pernikahan. Memang pernikahan adalah event besar dalam hidup seseorang, dan tidak jarang hal ini akan berpengaruh terhadap karakternya.

Hal-hal yang Saudari ceritakan (lupa kunci rumah, lupa meletakkan barang) menunjukkan bahwa Saudari sudah mulai “pelupa”. Manusia bisa menjadi “pelupa” secara alami (faktor usia) atau tidak alami (faktor pikiran). Pikiran yang melayang-layang akan menyebabkan kita tidak konsentrasi, sehingga pikiran tidak fokus terhadap hal yang sedang dikerjakan atau lingkungan sekeliling. Akibatnya kita menjadi “pelupa”.

Saudari Lina masih sangat muda, baru 23 tahun. Pasti masalah lupa ini bukan disebabkan oleh faktor usia. Berarti ada FAKTOR PIKIRAN yang mengganggu kemampuan Saudari untuk fokus terhadap apa yang sedang dikerjakan. Faktor pikiran ini seringkali berada di alam bawah sadar: sesuatu yang selalu Saudari pikirkan tanpa sadar dan kadang terbawa mimpi. Hal ini bisa berupa banyak hal: ketakutan Saudari terhadap suatu hal, keinginan terpendam yang tidak bisa terwujud, penyesalan, rasa rendah diri, rasa tidak puas, dan masih banyak lagi.

Karena permasalahan ini dimulai sejak Saudari menikah, dan gejala “pelupa” ini disebabkan oleh faktor pikiran, berarti ada sesuatu dalam pernikahan Saudari yang selalu menjadi bahan pikiran Saudari (secara tidak sadar). Apakah suami Saudari? Mertua, lingkungan, anak, masa depan, atau hal lainnya?

Ini tidak bisa saya jawab, karena Saudari tidak menjelaskan apapun mengenai pernikahan Saudari. Dunia ini berjalan mengikuti hukum sebab-akibat. Jika ada akibat, pasti ada sebabnya. Saya menunggu penjelasan Saudari mengenai pernikahan Saudari dan hal-hal apa yag menjadi bahan pikiran selama enam bulan terakhir ini.

By: konsultasipsikologi.com