Thursday, January 19, 2012

Menumbuhkan Tanggung Jawab Pada Anak Usia Sekolah Dasar

oleh Irwan Nuryana Kurniawan.
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Anak-anak usia sekolah dasar sudah cukup umur untuk belajar bahwa mereka perlu berkontribusi terhadap lingkungan di mana mereka tinggal sebelum mereka mengharapkan dihargai. Inilah saatnya untuk membantu mereka belajar pentingnya pelajaran tanggung jawab.

Kebanyakan keluarga memberikan tugas rumah kepada setiap anak, tetapi hampir separuhnya berlangsung dengan pertarungan. Sangat penting untuk memastikan bahwa anak-anak kita mengikuti dan mengerjakan apa yang kita minta mereka melakukannya. Jika mereka disarankan untuk meletakkan pakaian kotor ke dalam keranjang dan mereka tidak melakukannya, apakah kita mengambilnya dari lantai dan melemparkannya ke dalam mesin cuci? Jika mereka disarankan untuk membersihkan piring makan malam mereka setelah selesai makan tetapi mereka melarikan diri, adakah waktu bagi kita untuk mengingatkan mereka untuk melakukan hal tersebut tadi? Atau kita mengambil alih semuanya, mengerjakannya sendirian?

Cobalah diingat seberapa sering kita membiarkan anak-anak kita mengabaikan tanggung jawabnya. Jika itu sering, ini saat yang baik untuk bersungguh-sungguh dalam berharap dan konsekuensi. Karena pakaian kotor menumpuk, anak-anak kita pasti akan menghadapi konsekuensi ketiadaan pakaian untuk sekolah. Jika kita membiarkan piring kotor di meja makan berjam-jam setelah semua piring lainnya dicuci, anak-anak kita akan secara kongkrit melihat konsekuensi dari kurangnya tanggung jawab mereka.

Jika anak-anak kita tetap menghindari tugas atau berdebat tentang tugas yang harus dia kerjakan, jangan mudah menyerah. Pertama, kita bisa mengevaluasi jadwal tugasnya. Ketika seorang anak mengetahui bahwa dia harus membereskan tempat tidurnya setiap pagi, ini menjadi bagian dari rutinitas harian—bukan sesuatu yang dia bisa mengatakan“lupa.“ Jika kita ingin anak-anak kita menyapu lantai dapur setiap harinya, jadwalkan hal tersebut ke dalam jadwal harian sebagaimana kita akan berlatih sepakbola: setelah makan malam selesai, lantai disapu. Memiliki tugas terjadwal membuat tugas bisa diharapkan, bukan dikecualikan.

Kedua, kita bisa memeriksa apakah jadwal tugasnya masuk akal. Jika anak-anak kita memiliki banyak tuntutan lainnya seperti pekerjaan rumah dari sekolah dan latihan olahraga, musik, atau tari, mereka mungkin menolak menggunakan waktu luangnya untuk mengerjakan tugas tersebut. Mereka juga memerlukan waktu santai harian. Jadi, pastikan bahwa bertanggung jawab tidak selalu berarti membuat mereka menjadi kelelahan.

Sementara kita menyusun kembali jadwal tugas anak-anak, cobalah untuk mewaspadai sikap yang ditampilkan keluarga kita terhadap tugas. Jika tugas diberikan sebagai hukuman, anak-anak kita tidak akan pernah menghubungkan pentingnya mengerjakan tugas sebagai jenis isyarat untuk menolong orang lain. Jika kita sendiri mengomel dan mengeluhkan beban kerja kita, maka anak-anak kita dengan cepat akan mengambil sikap negatif yang sama. Jika kita memberikan perintah dengan membentak, anak kita akan mengerjakan tugas penuh dengan ketakutan.

Tugas-tugas harusnya tidak dihubungkan dengan kemarahan dan kebosanan jika kita duduk bersama dengan anak-anak kita dan menjelaskan arti penting tugas tersebut. Buatlah sebuah pertemuan keluarga untuk membicarakan perlunya setiap orang untuk siap mengerjakan tugas-tugas rumah di tengah-tengah kesibukan semuanya. Bicarakan tentang segala hal yang perlu di selesaikan (seperti mengumpulkan kertas untuk diolah kembali, memberi makanan hewan peliharaan, dan menata meja makan), dan berikan mereka kesempatan untuk memilih tugas dan waktu yang mereka ingin melakukannya setiap hari.

Pastikan anak-anak kita memahami bahwa kita membutuhkan bantuan mereka dan kita mengapresiasi keinginan mereka untuk terlibat di dalamnya. Kemudian pastikan bahwa kita tersenyum ketika sedang mengerjakan tugas kita sendiri.
Mengajari anak-anak rasa tanggung jawab lebih dari sekedar mendistribusikan beban pekerjaan rumahtangga. Ini melengkapi mereka dengan perasaan bahwa mereka bisa diandalkan, bisa dipercaya, dan memiliki kapabilitas yang akan berguna kelak ketika mereka memasuki dunia kerja.

Pengasuhan untuk Mendorong Tanggung Jawab
- Ketika kita memberikan tugas rumah, ikuti untuk memastikan anak-anak kita benar-benar melakukannya
- Biarkan anak-anak kita melihat konsekuensi dari kurangnya tanggung jawab mereka
- Buatlah sebuah jadwal tugas harian yang bisa diprediksikan
- Lihatlah sikap yang ditampilkan oleh keluarga kita terkait pekerjaan
- Berikan anak-anak kita kesempatan untuk memilih tugas harian dan waktu yang mereka suka untuk melakukannya
- Tetap positif dan suportif ketika memberikan tugas
- Tersenyum ketika kita mengerjakan tugas kita sendiri
- Putuskan bagaimana keluarga kita memberikan penghargaan bagi mereka yang mengerjakan tugas dengan baik

Hindari
- Mengerjakan sendiri yang menjadi tugas-tugas anak-anak kita
- Memberikan tugas yang berlebihan sehingga anak tidak memiliki waktu santai untuk dirinya sendiri
- Memberikan tugas sebagai hukuman
- Menggerutu dan mengeluhkan pekerjaan kita sendiri
- Merasa kita harus menyuap anak-anak kita dengan uang atau hadiah lainnya agar mereka mengerjakan tugasnya

Alhamdulillaahirabbil'aalamiin. Prumpung, 20 Januari 2012

No comments:

Post a Comment